----Tiga mahasiswa asal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Jember yang tergabung dalam kelompok penelitian Program Kreatifitas
Mahasiswa (PKM) Sosial Humaniora mengungkap suatu temuan terkait situs sejarah
di Sukoreno, kecamatan Umbulsari. Ketiga mahasiswa peneliti tersebut
mendapatkan beberapa temuan pada situs di desa Sukoreno yang berupa bata merah
yang tersebar di rumah warga, Arca dengan kepala terpenggal serta pohon Asoka.
"Ketiga temuan itu kami teliti dengan metode folklore,
(tradisi lisan) untuk mencari tahu tentang bata abang sekaligus keterkaitannya
dengan 2 temuan lainnya. Kami mewawancarai warga sekitar dan tokoh masyarakat
disana." ujar Ainur Rohimah, ketua kelompok penelitian pada Jum'at malam
(19/7).
Ainur Rohimah, beserta Joni Wibowo dan Ricky Yulius yang
turut menggandeng sejumlah praktisi dan ahli sejarah, memulai penelitiannya
pada bata merah, nama desa Sukoreno yang diduga ada kaitannya dengan pohon Asoka
serta Arca dengan kepala terpenggal yang diduga masyarakat sekitar merupakan
peninggalan Majapahit.
"Dari pengakuan warga, kami lakukan observasi lebih
lanjut secara fisiologis dari bata merah di Candi Deres, tenyata panjang dan
ketebalannya sama, dengan bata merah yang ada di Situs Sukoreno. Kemudian kami
mengunjungi seorang praktisi sejarah untuk memvalidasi, dalam buku-buku beliau
banyak tertulis memang itu (bata merah) memang merupakan peninggalan
Majalahit" ujar Ainur Rohimah.
Sedangkan terkait temuan Arca dengan kepala terpenggal,
Ainur Rohimah beserta kelompok penelitiannya mengunjungi Balai Pelestarian
Cagar Budaya di Mojokerto, mereka menjumpai Arca yang memiliki kesamaan
fisiologis dengan Arca di situs Sukoreno, namun kepala Arca di situs Sukoreno
yang terpenggal membuatnya harus melakukan penelitian yang lebih lanjut dan
mendalam.
"Untuk menyelamatkan cagar budaya, kami berupaya
membuat buku saku tentang situs Sukoreno agar masyarkat membacanya, serta
naskah akademik yang akan kami serahkan
pada Balai Pelestarian Cagar Budaya agar nantinya bisa diteliti lebih
lanjut," pungkas Ainur Rohimah. (Ulu)
